NGOPI (Ngobrol Ala Tasawuf Psikoterapi) dengan tema "Toxic Relationship"

NGOPI (Ngobrol Ala Tasawuf Psikoterapi) dengan tema "Toxic Relationship"

Toxic berasal dari kata bahasa Inggris yang memiliki arti racun.

Relationship dari kata inggris yang berarti hubungan.

Jadi toxic relationship adalah sebuah hubungan, dimana racunnya disini bisa membunuh secara cepat maupun perlahan.

Toxic relationship ini bukan hanya ada pada manusia, bahkan pada hewan dan tumbuhan sekalipun. Dimana dalam ilmu biologi ada yang dinamakan symbiosis parasitisme, dan hewan di rantai makanan.

Yang membedakan adalah kita punya akal dan pikiran untuk menggerakkan tubuh juga sehingga kita bisa menyadari bahwa itu toxic dan merubah hal tersebut.

Toxic relationship atau hubungan yang beracun justru bisa menyakiti apabila terus dibiarkan. Bukannya membuat bahagia, hubungan yang toxic justru membuat kamu gelisah, stres dan ketakutan.

Toxic relationship ini bukan hanya kepada pasangan atau istilahnya pacaran atau menikah, tapi kepada lingkungan sekitar, orang2 atau toxic people, teman atau toxic friend, keluarga atau toxic family dll.

Melansir dari Healthline, tanda toxic relationship bisa tidak kentara atau sangat jelas. Apabila pasangan menunjukan tanda-tanda berikut, artinya hubungan kamu sudah masuk ke dalam kategori toxic relationship :

1. Kurang dukungan

2. Komunikasi yang tidak baik

3. Cemburu berlebihan

4. Mengontrol perilaku

5. Ketidakjujuran

6. Selalu gelisah

7. Mengabaikan kebutuhan

8. Berjarak dengan kerabat.

10. Berharap pasangan berubah

Tak sedikit orang yang masih bertahan dalam hubungan yang sudang toxic, karena percaya bahwa bila mengubah diri sendiri dan tindakan juga bisa mengubah pasangan menjadi lebih baik. Pada akhirnya, cara ini hanya akan menyiksa atau menyakiti diri sendiri.

Tasawuf adalah gerakan Islam yang mengajarkan ilmu cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun lahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi. 

Penyebab Toxic Relationship

Ada cukup banyak hal yang menyebabkan seseorang menjadi toxic atau racun dalam sebuah hubungan yang sedang dijalani, di antaranya adalah sebagai berikut:

Latar belakang yang berkaitan dengan masa lalu seseorang, seperti dibesarkan dalam kondisi yang minim kasih sayang atau kurang perhatian, sehingga kurang empati dan simpati.

Pengalaman buruk di masa lalu yang menyebabkan seseorang terguncang secara emosional, misalnya perundungan atau bullying.

Memiliki gangguan mental, seperti kecemasan dan depresi akut.

Akan tetapi, toxic relationship juga bisa muncul dari pasangan yang sifatnya berbeda jauh satu sama lain. Contohnya, salah satu pihak adalah tipe arogan dan suka mengontrol, sementara pihak lainnya patuh dan mengalah. Hal ini bisa dikatakan bahwa hubungan antara dua individu tersebut bersifat dominan-submisif.

Tujuh Cara Mengatasi Toxic Relationship

1. Membicarakan Masalah dengan Pasangan

2. Memahami Bahwa Ini Bukan Salah Anda

3. Percayalah Bahwa Anda Pantas Mendapatkan Pasangan yang Lebih Baik

4. Meminta Dukungan dari Orang Terdekat

5. Mempersiapkan Rencana Mandiri

6. Meminta Bantuan Profesional

7. Memutus Kontak

Tanpa kita sadari, terkadang orang dekatlah yang menjadi musuh besar kita, sebab jika bukanlah sebuah kebaikan yang diberikan satu sama lain, bukan kebaikan pula yang di dapatkan, khususnya dalam pertemanan. Teman yang toxic memberikan dampak negatif kepada diri kita. Biasanya pertemanan macam ini tidak pernah mengapresiasi hal-hal baik meskipun kecil dalam hidupmu, ia egois demi kepentingan dirinya sendiri. Padahal hubungan yang baik itu terjalin dua arah. Antar yang satu melengkapi dengan yang lain, saling membantu dan saling menjaga sesama.

Dalam memilih teman, Al-Ghazali mengajarkan kita agar tidak salah memilih teman, apalagi bagi orang yang sedang menuntut ilmu. Apabila kita terjebak di lingkungan yang toxic, kita tidak akan berkembang dan mengembangkan kemampuan diri serta soft skill yang dimiliki.

“Berteman dengan penjual parfum, kita akan kecipratan wanginya. Begitu pula jika berteman dengan penjual ikan asin, akan kecipratan baunya.” kalimat sederhana ini masih menjadi landasan untuk pandai-pandai memilih teman dan bergaul. Orang yang kita jadikan teman biasanya akan menjadi bagian dari hidup kita, mengetahui berbagai keseharian yang kita lakukan, termasuk hal privasi, termasuk mimpi, rencana masa depan, keinginan serta tujuan-tujuan kecil yang akan dilakukan.

Teman yang baik, akan membawa kita dalam kebaikan. Hal ini sesuai dengan HR. Dawud dan at-Tirmidzi, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya.” Kata baik tentunya setiap orang memiliki perspektif masing-masing dalam menilai.

Berteman dengan orang pandai juga menjadi anjuran Al-Ghazali dalam memilih teman. Sebab dengan berteman dengan orang seperti itu, kita akan terpengaruh pandai. Kebiasaan yang dimiliki seseorang yang pandai tentunya berbeda. Kata Al-Ghazali, tidak ada manfaatnya berteman dengan orang bodoh, walaupun dalam hal ini, pandai dan bodoh itu juga relatif.

Perspektif masing-masing orang memang berbeda. Meskipun demikian, ketika kita berteman dengan orang baik dalam ilmu agama. Kita akan senantiasa dituntun juga dalam kebaikan, mendapatkan nasehat baik untuk kebaikan kita di masa yang akan datang, saling memberikan semangat dalam melakukan kebaikan, serta mencegah sesuatu yang tidak baik terjadi pada kita.

Adapun kewajiban seseorang dalam berteman menurut Syekh Nawawi yaitu membantu teman yang sedang mengalami kesusahan, tidak meninggalkan ketika sedang susah, baik dengan bantuan tenaga, harta, ataupun pikiran. Kewajiban lainnya dalam berteman yaitu tidak membuka aib teman yang lain, menjaga rahasia adalah kewajiban dalam berteman.

Teman yang toxic akan melakukan sesuatu yang tidak saling mendukung satu sama lain: sering terjadi konflik, persaingan, rasa tidak hormat, dan kurangnya kerjasama. Padahal kewajiban seorang teman saling memberikan energi positif untuk teman lainnya. Tidak saling menghakimi satu sama lain.


Pemateri:

Ananda Fathal Habba & Hisyam Nabil

(Pengurus HMJ TP 2022)